Alergi Dengan Kata “Surga”

Sep 18, 2015

WP_20140511_013

Saat ini saya sedang mengembangkan sebuah startup media bertema traveling di yukpiknik.com. Setiap harinya, banyak waktu yang saya habiskan untuk mengisi konten di media tersebut. Sebagai bahan referensi, saya sering googling untuk mendapatkan informasi-informasi yang lebih valid tentang sebuah tempat wisata tertentu. Tak jarang — saya menemukan judul postingan — baik di blog pribadi maupun media mainstream, dengan kata yang menurut saya hanya digunakan oleh mereka yang sudah kehabisan ide: surga

Bukan bermaksud nyinyir, tapi saya sangat tidak suka dengan penggunaan kata itu. Kenapa?

Bagi saya, kata surga itu sangat sakral. Kita sama-sama tahu bahwa surga adalah sebuah tempat gaib yang hanya bisa kita lihat setelah kita mati. Itupun kalau kita punya banyak amal baik selama hidup di dunia. Pertanyaannya, bagaimana mungkin seseorang bisa mengatakan sebuah tempat seperti surga sedang mereka sendiri belum pernah melihatnya. Apa jangan-jangan mereka (yang menggunakan kata surga) itu adalah jelmaan nabi Adam yang dihidupkan kembali oleh Allah SWT?

Saya kadang sebel juga kalau mendapati judul postingan yang menggunakan kata surga. Lihat padang rumput hijau, dibilang surga. Lihat pantai berpasir putih, dibilang surga. Sedikit-sedikit surga, sedikit-sedikit surga. Bosan saya

Kecuali untuk menyebut nama sebuah tempat (karna ada beberapa nama tempat yang memang mengandung kata surga. Contohnya Pantai Surga di Lombok), saya tak pernah menggunakan kata surga sama sekali dalam postingan yang saya buat. Alasannya ya itu tadi. Surga itu sangat sakral. Tak seorangpun di dunia ini yang pernah melihat surga

Dan saya juga percaya bahwa surga yang sesungguhnya memiliki pesona yang jauuuuuuuh lebih indah dari apa yang kita tahu.

Terkait kehidupan dunia dan akhirat (surga adanya di akhirat, kan?), Nabi Muhammad mengibaratkannya sebagai ujung jari yang dicelupkan ke lautan lepas. Air yang tersisa di ujung jari itulah kehidupan dunia, sedangkan lautan yang luasnya tak terkira itulah kehidupan di akhirat. Jadi, jelaslah sudah bahwa gap antara kehidupan dunia dan akhirat itu sangat jauh

Masih ingin menggunakan kata surga untuk menggambarkan keindahan dunia? Think twice!