Kenaifan di Tahun Baru

Jan 2, 2018

Manusia sudah sering menjadi makhluk naif saat tahun baru, juga liburan panjang secara umum. Bahwa kita semua sebenarnya tahu kalau momen tahun baru dan juga liburan panjang adalah momen dimana tempat-tempat wisata akan menjadi sangat ramai. Naif karna meski sudah tahu dengan kondisi semacam itu, kita tetap nekat untuk berwisata.

Sebagai orang yang sudah berumur lebih dari setengah abad, tentu saya tahu betul alasan-alasan yang membuat banyak orang tetap berangkat ke sebuah tempat wisata meski dengan kondisi seperti yang saya ceritakan di atas.

Jujur dari hati yang terdalam, saya sebenarnya paling benci liburan saat hari libur, termasuk weekend. Di sisi lain, keadaan sering membuat saya tak berdaya dan harus sering pergi liburan saat weekend. Beberapa teman saya mencari nafkah dengan atauran jam kantor yang membuat saya tak bisa seenak udel mengajak mereka liburan. Sementara mau ngajak keluarga saya belum punya.

Kebetulan sekali, momen tahun baru 2018 ini saya lewatkan dengan pergi liburan bersama para sahabat. Seumur-umur ini adalah pertama kalinya saya menikmati momen tahun baru dengan niat. Well, sebenarnya enggak niat juga, sih.

Jadi begini, saya dan teman-teman berangkat liburan pada momen tahun baru karna kebetulan memang hanya di momen inilah kita bisa pergi bersama-sama. Beberapa teman punya ikatan kerja. Mereka bekerja Senin s/d Sabtu (ada yg cuma sampai Jumat) sehingga hanya bisa pergi minimal Sabtu sore. Dengan keadaan seperti ini, mustahil untuk pergi liburan ke tempat yang agak jauh. Kalau ingin pergi bareng, kami biasanya paling mentok ngadem di Tawangmangu atau Ngargoyoso.

Jadi, sebenarnya niat kami (setidaknya saya) pergi liburan di malam tahun baru kemaren bukan untuk merayakan tahun baru, namun karna memang di momen inilah kami bisa pergi bersama karna kebetulan tahun baru kali ini jatuh pada hari Senin.

Kebetulan kami pergi ke Pantai Sedahan di Gujungkidul. Pantai Sedahan sejatinya bukanlah pantai maimstream di Gunungkidul. Lokasilnya cukup remote dan diperlukan trekking sekitar satu jam. Medannya pun bisa dibilang cukup berat.

Tapi, di malam tahun baru, pantai yang tadinya anti mainstream pun bisa menjadi sangat (SANGAT) mainstream. Kalau kamu ingin tahu seperti apa suasana di Pantai Sedahan pas tahun baru kemaren, lihat saja foto yang saya ambil di bawah ini.

DSC_0447

Itu belum semua tenda. Masih ada beberapa pengunjung yang terpaksa mendirikan tenda di sebuah tanah lapang dekat area pantai karna sudah tak kebagian tempat untuk mendirikan tenda.

Lantas apakah dengan kondisi yang sedemikian ramai saya dan teman-teman masih bisa menikmati liburan?

Sangat. Kami sangat menikmati liburan kemarin. Sore hari kami main ombak seperti Peter Parker di “Spider-Man: Homecoming” yang begitu keranjingan dengan misi baru selanjutnya dari tim Avengers. Malam hari kami main kartu sampai tengah malam. Sebelum pulang keesokan harinya kami juga masih sempat main voli. Itu belum termasuk ngobrol-ngobrol tanpa topik di bawah pohon pandan sambil menikmati kopi dengan sebuah teknik khusus yang disebut Akbar dengan teknik “tipis-tipis”.

Kembali soal naif

Sepulang dari pantai saya kembali menjadi saksi kenaifan manusia di momen libur panjang. Di sekitar jalan menuju kawasan wisata Waduk Gajah Mungkur (kebetulan kami pulang lewat Wonogiri), antrian kendaraan panjangnya bukan main. Dari pintu masuk wisata Waduk Gajah Mungkur, antrian baru berakhir beberapa ratus meter menjelang kota (seriously).

Well, sekali lagi, manusia memang sering menjadi makhluk yang sangat naif saat musim liburan panjang tiba. Tapi perlu diketahui pula bahwa naif semacam ini bukanlah kriminal.